GoJek vs GrabBike, Persaingan Dua Layanan Pesan Ojek Online

GoJek vs GrabBike, Persaingan Dua Layanan Pesan Ojek Online

GoJek vs GrabBike, Persaingan Dua Layanan Ojek Online

 Gojek dan GrabBike merupakan dua layanan pesan ojek online yang tengah naik daun di Indonesia. GoJek didirikan oleh sebuah startup tanah air, sementara GrabBike adalah perluasan dari layanan GrabTaxi yang berbasis di Malaysia.
GoJek merupakan layanan ojek online pertama di Jakarta, yang kemudian diikuti oleh GrandBike. Keduanya memiliki kelemahan dan kekuatan yang saling melengkapi. Yang menarik, kedua penemu layanan ojek online ini sama-sama lulusan dari Harvard Business School.
Keduanya kini terlibat dalam persaingan untuk meraup pelanggan di Indonesia, khususnya di Jakarta dengan populasi sekitar 9,6 juta penduduk. Pasar bagi Gojek dan GrabBike di Jakarta cukup besar. Menurut data, setiap hari sekitar 1,38 juta orang bolak balik ke Jakarta dari daerah pinggiran kota. 58% dari jumlah tersebut menggunakan sepeda motor. Sementara, 70 persen pendatang dari luar Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum.
Dilansir dari Tech in Asia (30/6/2015). Berikut infografik persaingan antara Gojek vs GrabBike, layanan pesan ojek online:
Penemu Gojek vs GrabBike
Nadiem Makarim merupakan CEO dan Founder Gojek yang memiliki segudang pengalaman di dunia online, diantaranya sebagai Managing Director di Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer di Kartuku. Makarim juga pernah bekerja di perusahaan konsultan manajemen McKinsey & Company.
CEO dan Founder GrabTaxi, Anthony Tan, merupakan pencetus layanan GrabBike. Tan memiliki pengalaman di Tan Chong Sons & Motor sebagai Head of Marketing.
Kedua pria pencetus layanan ojek online ini sama-sama meraih gelar MBA di Harvard Business School (2009-2011).
Bisnis Gojek vs GrabBike
Operasional Gojek di Jakarta didukung oleh lebih dari 2500 ‘tukang ojek’, sementara tidak diketahui jumlah pengendara ojek untuk layanan GrabBike. Sementara, untuk jenis layanan, Gojek menawarkan tiga macam varian: Pesan antar makanan, transportasi pribadi, dan kurir instan. GrabBike hanya menawarkan layanan untuk transportasi pribadi.
Gojek saat ini telah melayani warga Jakarta serta daerah sekitarnya, juga untuk warga Bandung, Surabaya, dan Bali. Layanan ojek online ini mendapat dukungan dari pemprov DKI Jakarta, bahkan disinyalir akan berintegrasi dengan layanan online busway yang hadir lewat aplikasi Go Busway. Rencananya, akan hadir pula aplikasi untuk mengatur lalu lintas truk di Jakarta dengan nama Go Truck.
Sementara itu, GrabBike telah beroperasi di 6 negara dan 21 kota lintas Asia Tenggara. Perusahaan jasa online ini juga memelihara hubungan baik dengan pemerintah setempat. Layanan GrabTaxi juga mendapat dukungan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Ahok.
Di sisi pendanaan, GrabBike telah meraih dana US$340 juta dari beberapa sumber. Sementara, belum diketahui jumlah pendanaan yang mendukung Gojek.
Kelebihan dan kelemahan Gojek vs GrabBike
Beberapa kelebihan yang dimiliki Gojek diantaranya menjadi pelopor layanan ojek online di tanah air dengan merek yang mudah diingat, mengerti benar tentang pasar lokal, dan hanya fokus di layanan sepeda motor.
Sementara, GrabBike juga memiliki sejumlah kelebihan. Layanan ojek online ini berhasil menarik perhatian publik dengan 8000 tumpangan gratis di minggu pertama kehadirannya. GrabBike juga memiliki sumber daya yang luas serta menggunakan data untuk menggali potensinya secara penuh.
Kelemahan Gojek antara lain memiliki banyak kompetitor langsung dari 3 layanan yang ditawarkannya. Gojek juga disinyalir memiliki sumber daya yang terbatas. Sementara GrabBike memiliki kelemahan antara lain terlambat hadir di Jakarta dan kurang familiar dengan pasar lokal, serta memiliki fokus yang luas di bidang taxi dan sepeda motor di Asia Tenggara.
Tantangan bagi Gojek & GrabBike
Baik Gojek maupun GrabBike sama-sama melengkapi pengendaranya dengan jaket bernuansa hijau dan logo di helm yang hampir mirip. Hal ini dapat membingungkan pelanggan.
Selain itu, kemacetan di Jakarta seringkali membuat layanan ojek online ini tidak dapat tepat waktu, sehingga sejumlah pelanggan lebih memilih menggunakan ojek biasa. Ditambah lagi dengan aplikasi yang belum bekerja maksimal.
Kedua perusahaan jasa ojek online ini juga memiliki fokus yang terpecah. GrabBike yang juga harus fokus ke layanan GrabTaxi di jangkauan pasar yang luas, sementara Gojek harus memantau 3 layanan yang dihadirkannya. Kemudian, dilakukannya investigasi terhadap taxi Uber akibat belum memiliki ijin yang tepat untuk beroperasi membuka peluang akan terjadinya hal yang sama untuk kedua layanan ojek online ini.

Komentar

Postingan Populer