Fakta mengerikan terungkap setelah seorang siswi di sekolah rehabilitasi kecanduan internet di China meninggal

Fakta mengerikan terungkap setelah seorang siswi di sekolah rehabilitasi kecanduan internet di China meninggal


Beberapa hari yang lalu, seorang reporter China dari surat kabar The Mirror berbicara kepada pihak kepolisian Zhengzhou tentang kasus Ling Ling (19 tahun). Ia ingin tahu bagaimana proses meninggalnya Ling Ling, seorang mahasiswi yang baru saja meninggal selama “pelatihan” setelah terdaftar di sekolah rehabilitasi kecanduan web bernama Zhengzhou Boqiang New Conceptual Life Training School. Hasil otopsi menunjukkan bahwa kematian Ling Ling disebabkan oleh adanya kontak antara objek keras dan kepalanya, yang berakibat fatal pada tengkorak dan kerusakan otak.
Rupanya, selama sesi pelatihan panjang yang dimaksudkan sebagai hukuman, guru menarik lengan dan kaki Ling Ling, kemudian menjatuhkannya ke tanah – ini diulangi selama beberapa kali. Ketika ia mulai muntah darah dan tidak bisa berdiri, teman sekelasnya, Xin Xin, mengatakan bahwa para guru menganggap Ling Ling berpura-pura dan terus memukulinya. Kedua gadis tersebut akhirnya dibawa ke rumah sakit, tapi Ling Ling meninggal dan keesokan harinya ibu Ling Ling dipanggil untuk mengidentifikasi tubuhnya.
sekolah rehabilitasi kecanduan game china

Kecanduan internet di China

Kecanduan internet – yang biasanya berarti kecanduan MMORPG – merupakan masalah serius di China. Bahkan, China adalah negara pertama yang secara resmi menyebut kecanduan internet sebagai sebuah gangguan klinis, dan selama bertahun-tahun, pemerintah telah menganggapnya sebagai ancaman yang besar terhadap kesehatan. Para ahli memperkirakan bahwa China memiliki sekitar empat juta orang yang mengalami kecanduan internet dan/atau game online yang serius.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kecanduan internet kebanyakan dialami oleh remaja China. Orangtua yang mempunyai anak yang kecanduan game dan internet tersebut memilih memasukkan anaknya ke sekolah rehab ala boot-camp yang mulai bermunculan di seluruh China. Bahkan, negara ini memiliki sekitar 300 sekolah rehab. Tapi metode “rehabilitasi” bisa berbeda secara cukup signifikan, dan telah memunculkan pertanyaan tentang keamanan dari beberapa fasilitas tersebut. Laporan The Mirror menemukan bahwa kasus Ling Ling bukanlah satu-satunya.
sekolah rehabilitasi kecanduan game china

Mengobati kecanduan dengan kekerasan

Bahkan, wartawan menemukan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi 12 kasus pelecehan serupa di “sekolah anti kecanduan internet”, dengan 90 persennya diakibatkan oleh kekerasan fisik. Telah ada tujuh kematian yang dilaporkan di sekolah-sekolah tersebut sejak 2008, termasuk kasus Ling Ling.
Dalam salah satu kasus, seorang anak berusia 15 tahun bernama Deng Senshan dimasukkan oleh orangtuanya ke sebuah camp pelatihan di Nanning, dan kemudian meninggal dalam waktu delapan jam sejak kedatangannya. Dan yang lebih mengejutkan, ini bukanlah waktu tercepat. Seorang siswa berusia 13 tahun mengalami keretakan tulang selangka setelah dianiaya oleh staff di sebuah sekolah di Liaoning dalam waktu hanya dua jam sejak kedatangannya ketika ia mencoba melarikan diri.
Materi promosi sekolah-sekolah tersebut sebenarnya penuh dengan kata-kata seperti “bimbingan” dan “pelatihan”, tetapi kontrak yang ditandatangani orangtua ketika mendaftarkan anak-anak mereka sering menyatakan bahwa sekolah menerapkan metode pengajaran ‘penderitaan’ dan ‘disiplin’ dan bahwa orangtua setuju untuk mengizinkan hal ini asalkan siswa tidak terluka.
sekolah rehabilitasi kecanduan game china

Sekolah yang tidak mengajarkan apa-apa

Sekolah-sekolah tersebut juga tampaknya tidak berhasil. Dalam empat dari lima kasus yang tidak berakhir dengan kematian, keluarga melaporkan bahwa ‘rehabilitasi’ yang dilakukan sekolah tidak berhasil, dan bahkan tingkat kecanduan menjadi lebih parah.
Meskipun beberapa dari sekolah-sekolah tersebut beroperasi secara ilegal tanpa persetujuan pemerintah, wartawan menemukan bahwa setengah dari mereka secara resmi terdaftar sebagai sekolah nonprofit di bawah naungan Departemen Pendidikan. Biaya di sekolah-sekolah tersebut juga relatif mahal; sekolah Ling Ling menarik biaya RMB 5500 (sekitar Rp 10,7 juta) per bulan, lebih besar dari gaji bulanan rata-rata di China.
(Baca juga: Mengira musuh dalam game, gamer China tikam teman sendiri)
Hal yang paling mengkhawatirkan, pada 12 kasus dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar sekolah masih diizinkan untuk tetap beroperasi, bahkan setelah para siswanya meninggal akibat “metode pengajaran” mereka. Empat dari dua belas sekolah tersebut ditutup (termasuk sekolah Zhengzhou yang menewaskan Ling Ling) dan yang lainnya masih diselidiki, namun beberapa sekolah berhasil lolos dengan hanya membayar kompensasi kepada keluarga atau, dalam satu kasus di awal tahun ini, hanya mengembalikan biaya pendidikan.
sekolah rehabilitasi kecanduan game china

Apa yang salah

Artikel dari The Mirror mengutip ahli ‘kecanduan internet’ Tao Hongkai yang mengatakan bahwa masalahnya adalah kurangnya pengawasan pemerintah terhadap sekolah-sekolah tersebut. Dulu saya sering menyebut Tao Hongkai sebagai seorang yang idiot, tapi ia mungkin benar tentang hal ini.
Bagaimanapun, ada faktor lain yang juga berperan. Kurangnya kesepakatan yang jelas tentang bagaimana mengobati para remaja yang kecanduan internet dan kurangnya informasi yang tersedia bagi orangtua yang putus asa dan bersedia untuk mencoba cara apapun merupakan masalah yang memicu para orangtua memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah tersebut.
Tapi prioritas utama China, menurut pendapat pribadi saya, harusnya menghukum sekolah-sekolah tersebut dan mereka yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan dan kematian siswa. Sekolah-sekolah yang memukul anak-anak harus ditutup, bahkan jika orangtua telah menandatangani kontrak. Para guru dan administrator di sekolah yang bertanggung jawab atas kematian siswa harus bertanggung jawab secara hukum atas tindakan dan/atau kelalaian mereka.
(Keterangan: Semua gambar di atas diambil dari blog resmi sekolah yang telah membunuh Ling Ling, yang masih tetap online meskipun sekolah tersebut sepertinya sudah ditutup)

Komentar

Postingan Populer